Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyebab Penyakit: Ganoderma boninense

Gejala Serangan

Gejala dini penyakit ini biasanya kurang mendapat perhatian karena perkembangan penyakit sangat lambat dan sulit diidentifikasi. Gejala mudah dilihat apabila gejala sudah lanjut atau sudah membentuk tubuh buah, tetapi tubuh buah ini biasanya jarang ditemukan pada pangkal batang. Jika sudah terbentuk tubuh buah biasanya pengendalian sudah sulit dilakukan.

Gejala pada tanaman belum menghasilkan (TBM):

  • Daun kuning kemudian mengering dan nekrosis dari pelepah bawah terus kepelepah atas.
  • Pembusukan pangkal batang.
  • Tanaman mengering dan mati.
  • Tubuh buah jarang ditemukan pada pangkal batang.

tbm

Gejala busuk pangkal batang pada TBM.

Gejala pada tanaman menghasilkan (TM )

  • Daun menguning pucat diikuti dengan akumulasi daun tombak, pelepah bagian bawah daun menggantung.
  • Pada pangkal batang atau bagian tengah tanaman kelapa sawit mengalami pembusukan yang kadang-kadang diikuti tumbuhnya tubuh buah Ganoderma.
  • Tanaman kelapa sawit yang terserang berat bagian daun-daun tuanya mengering kemudian patah membentuk struktur seperti sarung.
  • Tanaman kelapa sawit tiba-tiba tumbang dan bagian bawah batang telah membusuk.

bpb_tm

Sumber: PPKS Medan, Gejala BPB pada bagian atas TM

busuk_pangkal_batang

Sumber: PPKS Medan, Badan buah Ganoderma

berat daun tua

Sumber: Ditlinbun, Kelapa sawit yang terserang berat daun- daun tua mengering kemudian patah membentuk sarung

 

wpb

Sumber: Ditlinbun, Gejala BPB pada jaringan pangkal batang nampak berwarna coklat tua

Pengendalian

1  Kultur teknis

  • Untuk mengurangi serangan Ganoderma, pangkal batang kelapa sawit perlu dibumbun dengan tanah. Pembumbunan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari infestasi basidiospora ke batang kelapa sawit. Pembumbunan tanah pada pangkal batang dapat memperpanjang umur produksi selama 2 tahun.
  • Pembuatan parit di sekeliling tanaman sakit, dengan memberikan belerang, kemudian dilakukan introduksi Trichoderma/Gliocladium, untuk mengurangi kontak akar tanaman sakit dan sehat .
  • Mengumpulkan dan membakar tubuh buah dan tunggul terinfeksi dengan tujuan untuk mengurangi sumber infeksi.
  • Sebelum penanaman tanaman baru, tunggul-tunggul atau sisa tanaman dibongkar secara mekanis atau kimiawi.
  • Penanaman tanaman baru sebaiknya menggunakan bibit sawit yang telah diberi mikoriza dan Trichoderma/Gliocladium.

2  Kimiawi

  • Pengendalian dengan menggunakan fungisida kimia pada dasarnya tidak dapat mengendalikan penyakit ini, dimana pengendalian kimiawi yang telah dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit, baik dengan metode absorpsi akar maupun penyiraman dalam tanah, tetapi hasilnya gagal.
  • Berdasarkan percobaan pada tingkat laboratorium, banyak ditemukan fungisida yang efektif menekan boninense, tetapi setelah aplikasi di lapangan ternyata gagal.
  • Cara pengendalian dengan menggunakan bahan kimia yang pernah dilakukan adalah dengan cara memberikan racun pada tunggul-tunggul untuk mempercepat pembusukan, bahan yang dibunakan adalah urea yang diikuti dengan penyiraman asam sulfat.

3  Pengendalian hayati

  • Mengingat sifat boninense sebagai patogen tular tanah, maka pengendalian hayati merupakan taktik pengendalian yang paling efektif, terutama apabila disertai dengan penggunaan bibit yang telah diberi perlakuan dengan agens hayati.
  • Turner (1981) menyatakan bahwa Trichoderma, Penicillium sp., dan Gliocladium sp. bersifat antagonis terhadap Ganoderma dan berpeluang sebagai agens biokontrol yang efektif.
  • Trichoderma sp dan Gliocladium dilaporkan mampu menekan beberapa penyakit BPB pada tanaman kelapa sawit umur 1 tahun setelah transplanting di lapangan maupun pada bibit umur 1 tahun di rumah kaca (Meity Sinaga et al).
  • Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskular yang berasosiasi dengan akar kelapa sawit dapat mencegah infektis penyebab BPB.

Sumber Pustaka

Rulianti, E. 2010. Pedoman Pengamatan dan Pengendalian OPT Penting Kelapa sawit.Ditlinbun, Ditjenbun